Memahami Diri


Ketika lo membangun personal brand untuk mendukung bisnis yang sudah ada, lo dimudahkan karena area untuk membangun personal brand sudah jelas.

Beda halnya dengan membangun personal brand untuk membuka potensi baru. Kita bakal mikir, gue mesti bikin personal brand yang seperti apa? Atau kita mikir... kayaknya nggak ada yang bermanfaat yang bisa kita share.



Itu kenapa kita harus paham dulu passion kita. Kebanyakan orang mikir passion adalah apa yang dia sukai, atau dia jago melakukannya. Padahal passion bukan seperti itu. Gue pernah disarankan untuk fokus sharing soal copywriting oleh temen gue yang sekarang cukup terkenal sebagai guru content creator. Alasannya? Karena kata dia tulisan gue ngalir dan enak dibaca (meskipun menurut gue biasa aja) Akhirnya, ya... gue nggak ikutin. Bukan wujud gue nggak percaya saran dia, tapi memang ini bukan passion gue.

Passion itu artinya adalah apa yang lo bersedia bersusah payah untuk melakukannya. Jadi meskipun nanti jalannya sulit, lo tetap mau melakukannya. Itu lah passion.

Apa yang menjadi passion lo akan membuat lo jadi lebih baik, karena lo mau bersakit-sakit. Lo menikmati proses menyakitkan itu.

Waktu awal gue bangun personal brand, gue nggak tau passion gue apa. Makanya, pas awal gue ambil topik yang agak umum yaitu tips bisnis online. Gue berbagi soal tips copywriting, tips closing, selling dan sebagainya.

Semua tips itu mendapat respon positif.... kecuali tentang brand. Seperti ada suara jangkrik ketika gue ngomongin brand. Logikanya, harusnya gue mengikuti yang ramai orang suka. Tapi masalahnya, topik yang ramai disukai itu bukan passion gue. Si krik krik ini lah ternyata passion gue yang artinya gue mau bersusah payah memahami topik ini.

Akhirnya gue mulai memfokuskan diri untuk ngomongin brand. Ngomongin aja dulu. Terus gue omongin sampai pelan-pelan ada juga yang merespon.

Ini lah perjalanan gue memahami personal brand yang mau gue bangun. Kalo dirumuskan berarti...

  1. Pilih topik umum yang mau lo ambil. Jangan langsung fokus atau spesialis. Jadilah pembahas topik yang generalis tapi di satu topik umum.
  2. Ulas semua sub topik dari topik umum itu. Jangan ada yang ketinggalan. Bahas semua. Jangan pilih-pilih. Jangan cuma bahas yang lo kira lo suka. Harus ledakkan semua sub topik itu.
  3. Cek perasaan lo ketika membahas semua sub topik itu. Mana topik yang memang passion lo. Ada nggak satu yang nyetrum di hati lo. Yang bikin lo mau menggali lagi.
  4. Kasih waktu untuk lo memahami diri lo. Misal 6 bulan untuk melewati ini. Mau lebih cepet boleh, lebih lama boleh.

Kalo nggak ada sub topik yang nyetrum di hati, jangan-jangan masalah lo ada di topik umumnya. Mungkin lo milih topik umum yang nggak sesuai sama lo, sama kayak gue ketika ngomongin tamanan. Kalo ini yang terjadi, segera ganti topik umum. Ini cuma kayak anak kuliah salah jurusan. Kalo udah ngerasa salah jurusan, mending ganti jurusan sesegera mungkin.

Ketika sudah menemukan topik umum
Lo bisa kasih informasi di bio, di informasi akun medsos itu loh... kasih info : enthusiasm (topik umum)

Sudah bisa mengenali topik umum yang lo suka aja, lo sudah bisa bilang diri lo sebagai orang yang atusias tentang topik ini. Fungsinya lo nulis ini supaya audiens lo tau dan mau ikut berinteraksi karena di sini posisinya lagi sama-sama belajar juga.

Dengan status enthusiasm ini lo juga boleh komen-komen di akun lain. Karena posisi lo memang sedang belajar. Masih jadi enthusiasm.

Beda halnya kalo lo sudah memonetize diri lo, misal lo sudah jadi pengajar. Lo harus hati-hati mengomentari akun lain yang satu topik, karena mungkin akun itu juga mau memonetize dirinya di audiensnya. Kalo lo statusnya sudah pengajar atau mungkin expert, komentar lo mungkin akan membuat yang punya akun bete. Apalagi kalo lo komennya kayak ngajarin orang. Lo terlihat kayak orang lagi promosi di akun orang lain. Pun lo mau komen, harus hati-hati aja. Komen yang mengapresiasi positingan masih oke. Bukan yang mengkritik apalagi mempromosikan diri. Sama aja kayak lo brand produk/layanan yang komen di akun brand kompetitor.

Soal etika kayak gini sebenernya agak segen gue ingetin, tapi ini pernah terjadi di gue. Suatu hari postingan gue di komenin sama personal brand yang juga bahas brand dan punya kelas juga. Disaat akun gue sudah monetize.

Ini sebenarnya kurang etis. Kalo ini etis, atuh gue tiap hari kerjaannya jawabin aja komen di akun personal brand lain. Sehari 100 aja gue jawab perhari. Yakin gue 10 persennya pada follow gue. Atau gue kasih kritik atau apa lah yang bisa unjuk gigi.

Makanya, puas-puasin pas status lo masih lagi enthusiasm.





Social Media
Dilarang
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi konten yang ada di website ini tanpa izin tertulis dari Indah Jiwandono
dibuat denganberdu
@2024 indahjiwandono Inc.