Apa itu identitas visual atau visual identity? Mari gue bahas.
Visual adalah apa yang terlihat oleh mata manusia. Itu disebut visual.
Di brand, ada yang namanya identitas visual.
Ini adalah visual yang bisa membuat kita mengidentifikasikan sebuah brand. Jadi bikin kita tau dan kenal brand itu.
Biasanya identitas visual tentang desain grafis. Tapi semua visual yang dibuat oleh brand, bisa menjadi identitas visual. Jadi foto, video, dan tipografi juga masuk dalam identitas visual brand — kalau visual itu bisa membuat kita mengidentifikasikan sebuah brand. Oh, gambar ini si brand A. Oh, desain ini si brand B.
Karena bisa diidentifikasikan, maka kita jadi bisa membedakan antara brand satu dan lainnya. Ini fungsi identitas visual berdasarkan mekanisme dari melihat kemudian mengingat dan mampu membedakan.
Tapi jauh lebih dalam, identitas visual bukan hanya tentang bagaimana brand bisa dibedakan melalui visual yang dimiliki.
Jadi bukan cuma karena kompetitor diingat dengan warna ungu, brand kita diinget warnanya orange, bukan.
Kita mau visual yang ada di brand kita bisa diinterpretasikan atau diterjemahkan memiliki sebuah identitas.
Misal, bendera merah putih sebagai lambang negara Indonesia. Memiliki makna filosofis merah artinya berani, putih artinya suci.
Belum lagi burung Garuda. Garuda memiliki 17 bulu di setiap sayap, 8 bulu di ekor, dan 19 bulu di bawah perisai, serta 45 bulu di leher. Angka-angka ini melambangkan tanggal Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yaitu 17 Agustus 1945. Dan seterusnya...
Ini lah interpretasi identitas visual yang dimiliki oleh negara indonesia.
Begitu juga Identitas Visual pada brand.
Identitas Visual pada brand dibuat memiliki filosofi. Jadi bukan hanya soal membedakan dengan kompetitor (meskipun ini salah satu tujuannya), tapi juga karena melalui identitas visual ini, ada makna yang bisa diterjemahkan oleh audiens tentang identitas brandnya. Seharusnya seperti itu.
Desainer dan Identitas Visual
Ini lah jasa para designer yang bekerja untuk brand. Mereka bukan hanya harus memikirkan bagaimana desain itu menarik dan bisa membuat brand dibedakan, tapi juga bagaimana dari desain itu bisa diinterpretasikan atau diterjemahkan oleh market sesuai identitas brand.
Dan ini lah yang menjadi derita desainer. Mereka kadang kedatangan klien yang nggak tau apa identitas brandnya.
Desainer malah dituntut untuk menerjemahkan apa isi pikiran dari brand tentang identitasnya. Lalu kadang sudah susah-susah berusaha, si brand nggak suka dan minta direvisi. Bagus banget kelakuannya.
Apa akibatnya menuntut desainer memikirkan identitas brand?
Namanya desainer, kadang daripada kehilangan klien, lebih baik dia berusaha. Meskipun itu bukan tugasnya menentukan identitas brand.
Akhirnya dia berusaha menggali identitas brand dari siapa target market brand pada saat brand itu order desain.
Lalu dibuatkan desain yang sesuai dengan target market itu.
Ternyata target market yang brand sasar pada saat dia order desain, sudah mulai nggak seksi lagi. Alias sudah mulai menurun minatnya.
Beberapa bulan kemudian brand harus menentukan target market baru dengan segmen market yang berbeda lagi. Padahal identitas visualnya sudah terlanjur dari identitas market yang sebelumnya. Ini sering terjadi.
Bagaimana seharusnya?
Seharusnya, brand lah yang menentukan identitas brandnya sendiri (atau pakai jasa brand strategist).
Kemudian setelah tau identitas brandnya, si desainer yang memikirkan seperti apa identitas visual yang bisa sesuai filosofi dari identitas brand.
Kalo brand nggak kasih tau desainer apa identitas brandnya, ini seperti meminta Sultan Hamid II mendesain lambang negara sesuai interpretasinya sendiri.
Bisa jadi lambang negara kita bukan burung Garuda. Mungkin perkutut atau spesies burung lain yang dia suka — atau dia anggap mayoritas warga Indonesia suka.
Menentukan identitas brand
Menentukan identitas brand bukan perkara gampang. Kenapa? karena memang identitas brand haruslah identitas yang bisa digunakan oleh market untuk menggambarkan identitas dirinya.
Dan nggak semua brand sudah membuat identitas brand.
Hati-hati mencari identitas brand dengan cara segmentasi market. Karena segmentasi market itu alat untuk mencari market potensial, bukan identitas brand. Identitas brand hanya satu, market potensial bisa lebih dari satu.
Mencari identitas brand dari masalah market, juga bisa jadi masalah.
Contohnya, salep panu. Dari masalah panu, lo jadikan identitas brand. Emang ada orang yang bangga dengan "identitas" sebagai orang panuan? Coba pikir.
Jadi mencari identitas brand juga semakin sulit, kalau dari masalah market.
Nah... kan. Baru sadar ya, belum punya identitas brand?
Padahal identitas brand itu penting. Dari sini lah positioning brand idealnya tercipta.
Identitas brand bisa mempengaruhi perasaan, pikiran dan interaksi pengguna. Bahkan, yang lo sebut brand menciptakan loyalis, ya, karena identitas brand ini. Karena idealnya, identitas brand adalah identitas yang bisa membuat market bangga menggunakannya.
Buatlah identitas brand yang bisa dibanggakan market, sebelum pergi ke desainer dan membuat identitas visual.
Perihal identitas ini menjadi topik penting dalam buku gue Brand dan Manusia.
Bukan hanya tentang identitas brand, ada hal penting lain yang juga gue bahas seputar strategi brand.
Silahkan klik link dibawah ini untuk tau, apa aja yang gue bahas di buku gue.