Market Jenuh? Apa sih, Artinya?

Mungkin lo pernah denger kalimat marketnya sudah jenuh. Pertanyaannya, apa sih, yang dimaksud dengan market jenuh?

Untuk memahami ini, kita pahami dulu kata jenuh.

Jenuh sering dipakai di berbagai konteks. Bahkan minyak aja bisa jenuh. Nah, dari sekian banyak konteks saat menggunakan kata jenuh, ada satu kesamaan. Jenuh adalah ketidakmampuan sesuatu untuk menampung atau menerima. Inilah jenuh.

Berarti, mengapa bisa jenuh? Karena sudah kebanyakan dan nggak bisa menampung lagi.

Sekarang kita bahas lagi Market Jenuh

Apa yang dimaksud market jenuh?
Ini berarti market yang sudah nggak mampu lagi menampung atau menerima kehadiran brand atau produk baru. Kenapa nggak mampu? Karena sudah limit atau batas.

Nah, masalahnya ini.

Limitnya karena apa? Apa karena volume market kurang besar?

Menurut gue nggak.

Melainkan karena angle atau sudut pandang yang dipakai oleh brand untuk memasarkan.
Jadi misalnya, ada sebuah market yang volumenya jutaan (orang). Anggaplah market untuk perawatan kulit wanita. Volume marketnya besar kan? Tentu.

Tapi, kesanggupan market ini menerima aneka jenis produk dengan aneka jenis brand, sangat mungkin ada batasnya.

Saat mencapai batasnya, ini lah yang disebut market jenuh.

Jadi kalau suatu market sudah nggak sanggup lagi menampung atau menerima brand kita (yang baru ini), maka ini dianggap sebagai market jenuh.

Lalu, apa strategi untuk market jenuh?

Dengan gambaran seperti itu, maka strategi yang paling rasional untuk bisa bersaing adalah "mengganggu" eksistensi brand yang sudah ada. Sehingga ada beberapa brand yang tersingkir dan menyisakan ruang untuk kita masuk.

Bagaimana caranya?

Secara umum caranya adalah dengan paham kelemahan dari apa yang selama ini mereka tawarkan lalu membuat “alternatif” yang menutupi kelemahan itu.

Tapi agar bisa berhasil, kita harus melakukan perhitungan strategis. Kita harus memastikan mereka nggak bisa memperbaiki kelemahan mereka, dan nggak bisa serta merta meniru alternatif yang kita buat.

Untuk bisa mendapatkan efek seperti ini, yang harus kita pahami adalah sifat dari brand itu.
Sehingga brand itu nggak bisa meniru. Bukan karena benar-benar nggak bisa meniru. Tapi jika mereka tiru, itu bisa menjadi produk kontradiksi atau bertentangan bagi brandnya, karena nggak sesuai sama sifat dari brandnya.

Apakah ini jahat?

Ini lah kompetisi. Lo buat brand, maka lo berkompetisi. Dan untuk berkompetisi, memang sudah sewajarnya lo mengatur strategi. Dan strategi hanya bisa lo atur jika lo sudah mampu membaca situasi.

Makanya, ada cara analisis kompetitor yang gue ajarkan di buku gue brand dan manusia. Yang dianalisis adalah sifat genetik dari kompetitor itu. Gue buat caranya sedemikian sederhana sehingga kalo lo mau 'mengganggu' eksistensi mereka karena situasi yakni market jenuh memaksa lo demikian, lo bisa petakan sifat dari brand itu seperti apa. Apa yang bisa dan nggak bisa dia keluarkan dalam brandnya.

Untuk membangun suasana belajar yang lebih dekat, buku ini gue kemas dalam cerita fiksi. Ada sosok yang berdialog dengan gue untuk belajar dan mewakili pertanyaan yang mungkin ada di benak lo.

Buku ini menjelaskan banyak hal yang sangat lo butuhkan saat membangun brand.
Iya dong... gue tau apa yang lo butuhkan. Soalnya, gue juga bangun brand, sama seperti lo.
Jadi gue menulis buku yang berisi strategi ini, dan yakin lo suka 😉-.

Karena jika gue membayangkan ada di posisi lo (berarti ini waktu gue dulu awal), gue berharap ada seseorang yang memberitau gue perihal strategi ini. Sayangnya, dulu nggak ada. Gue terpaksa pakai arahan dari buku pemasaran. Dan sejujurnya... buku pemasaran suka membingungkan. Baru lah gue paham, memang ada bagian yang nggak dijelaskan di buku pemasaran, padahal itu penting banget buat brand.

Makanya, setelah belasan tahun menjalankan strategi brand untuk brand sendiri dan kemudian ke brand orang lain dengan aneka kategori. Gue jadi paham, mekanisme seperti apa untuk mengatur strategi yang benar-benar kita butuhkan sebagai pemilik brand.

Oh, bukan hanya pemilik brand. Jika lo desainer, copywriter, photographer, atau orang yang biasa bekerja dengan brand, maka buku ini kemungkinan bisa meningkatkan level lo menjadi brand strategist sehingga lo bisa memberikan nilai tambah dari layanan yang selama ini lo berikan. Bahkan mungkin, lo menambahkan layanan baru untuk layanan lo.

Mungkin sedikit terdengar aneh. Tapi gue memang ingin semakin banyak orang yang paham perihal strategi brand. Dan gue nggak masalah. Meningkatnya keahlian lo nggak akan mengganggu kehidupan gue. Justru di situasi seperti sekarang, sangat dibutuhkan. Mengapa? Lihat aja serbuan produk dari luar negeri dengan harga yang murah mulai masuk ke Indonesia. Ini bisa kacau kalau kita nggak paham cara membangun brand.

Untuk informasi mengenai apa saja yang gue bahas di buku gue, silahkan klik link di bawah ini.

Social Media
Dilarang
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi konten yang ada di website ini tanpa izin tertulis dari Indah Jiwandono
dibuat denganberdu
@2024 indahjiwandono Inc.