Wajib Paham : Perbedaan Competitive Advantage, Competitive Edge, Positioning dan Diferensiasi

Yang sering belajar atau baca-baca soal marketing, mungkin jadi penasaran, apa bedanya antara competitive advantage, competitive edge, positioning dan diferensiasi.
"Kok, bisa, udah belajar marketing malah penasaran bedanya apa? Emang nggak dijelasin di pelajaran marketing?"
Kalo ini, kemungkinan karena penjelasannya di ilmu marketing fokus di definisi istilah itu aja tanpa ngebandingin di antara keempatnya. Jadi pas lo baca satu persatu definisinya, masuk ke otak lo kayak sama semua. 😄-
Gue udah coba tanya ke dua temen gue yang anak marketing maksudnya yang kuliah jurusan marketing. Khusus di mereka, kelihatannya mereka bingung antara competitive advantage dan competitive edge.
Jadi, izinkan gue menjelaskan satu persatu perbedaan dan hubungannya.

Competitive Advantage
Kita fokus ke kata advantage dulu.

Advantage bahkan sering susah dibedain dengan benefit. Kalo lo translate keduanya ke bahasa Indonesia, mereka seolah punya arti yang sama : keuntungan. Padahal ini dua hal yang berbeda.
Benefit adalah keuntungan dari manfaat yang lo dapatkan karena fakta di sesuatu itu. Misal fakta di produk, yang sering disebut fitur.

Misal : Apa benefit dari meja kayu jati tua? Benefitnya meja itu awet, bisa diwariskan nantinya.

Tapi fakta yang lo dapatkan bukan hanya di produk, di orang pun bisa. Makanya lo bisa mendapatkan benefit juga dari orang.

Apa benefit dari teman milyarder? Benefit nya bisa minjem duit kalo kepepet. Jadi lo nggak perlu khawatir kalau lagi bokek banget.
Misalnya… wkwkwk.

Makanya kalo di copywriting, sering dijelaskan soal fitur-benefit. Jadi fakta di sesuatu itu yang bisa memberikan benefit (manfaat/keuntungan) bisa kita sebut fitur.
Beda dengan advantage
Advantage adalah keuntungan yang bisa lo dapatkan karena suatu keadaan atau situasi tertentu (circumstance). Jadi bukan karena ada fitur atau fakta yang ada di sesuatu itu.
Dan nggak seperti benefit, lo bisa jadi baru sadar kalo ternyata lo punya keadaan atau situasi yang bisa lo ambil sebagai keuntungan (advantage) untuk memperkuat posisi.
Misalnya : suami lo lupa kalo ini hari pernikahan. Parah, kan? Ih, parah… ngambek dong? pastinya. 😆-Akhirnya suami lo minta maaf. Uh, jangan langsung maafin! Ambil dulu advantage dari situasi ini. Minta ajak shopping! Nah… baru deh, maafin. 😏-

Kalo setelahnya lo mau ngambil benefit dari fitur yang ada di suami lo, (aduh... apa tuch) 😆- Oh, itu urusan lo! Mending nggak usah cerita ya!

Itu lah advantage. Ada suatu kondisi yang bisa lo ambil sebagai keuntungan.

Sekarang competitive advantage.

Competitive advantage Karena ada kata competitive : bersifat kompetisi/persaingan, berarti ini adalah suatu keadaan yang bisa membuat lo terlihat unggul dari kompetitor.

Makanya competitive advantage sering disebut sebagai keunggulan, karena situasi lo akan dibanding-bandingkan dengan kompetitor lain.
Competitive advantage bisa lo dapatkan lebih awal kalau memang ada suatu keadaan yang sudah lo miliki (sebelum bersaing) dan bisa lo jadikan keunggulan dalam bersaing.
Misal, lo pernah mengalami kejadian luar biasa. Temen lo tau-tau nusuk lo dengan tujuh belas kali tusukan. Beuh, gila banget nggak, tuh? Lo hampir mati. Tapi untung lo nggak mati.
Setelah kejadian itu berlalu, lo bisa pakai ini sebagai competitive advantage. Lo kemudian menjual produk untuk menghilangkan bekas luka. Lo bisa berargumen keampuhan produk lo dengan kejadian yang sudah lo alami. "Jangan kan bekas luka, bekas tusuk aja bisa memudar!"
BOOM! Mantap.

Mau ngomong apa kompetitor lo? Mau bilang mereka juga pernah kena luka tusuk? Nggak mungkin, dong…?
Itu lah competitive advantage namanya. Tapi kan, nggak semua orang punya kejadian begitu?
Makanya competitive advantage juga ada yang berasal dari suatu keadaan yang lo buat. Itu sebab kalo lo mau bangun brand, lo pikirkan dulu apa diferensiasi dan positioning dari brand lo. Kemudian lo pikirkan juga hal-hal lain secara rinci. Terbentuklah suatu kondisi atau suatu keadaan di brand lo. Nah, keadaan ini lah yang bisa menjadi competitive advantage.

Jadi totalitas atau keseluruhan keadaan yang sudah lo bentuk ini bisa jadi competitive advantage.
Udah paham ya, competitive advantage?
Nah, sekarang ke competitive edge.

Competitive Edge
Edge kalau diartikan ke bahasa artinya tepian. Tapi juga bermakna sisi tajam pisau. Pisau kan, ada dua sisi, nah, yang tajamnya disebut edge.
Jadi maksudnya, lo mungkin punya banyak keahlian, tapi ada satu yang lo ahli banget. Nah, itu lah edge yang lo punya : sisi tajamnya.

Gue bisa desain, copywriting, buat storyline, storytelling, dan lainnya. Semua itu keahlian yang gue punya karena memang belajar waktu kuliah.
Tapi edge gue adalah brand strategic. Lebih spesifik lagi, keahlian gue yang paling tajam, adalah membangun brand dari modal minim. Ini fakta dan sudah terbukti di diri gue dan orang lain yang gue handle. Keahlian ini membutuhkan pemahaman dalam yang rumit, karena modalnya minim. Jadi emang sebenernya ini susah banget.

Edge yang kita punya, bukan berarti bisa langsung jadi competitive edge. Biasanya harus kita kemas dulu. Contohnya edge yang ada di gue.
Karena kebanyakan orang (audiens) lebih terkesima sama sosok yang sudah menangani brand besar. Jadi mereka pasti membandingkan “Ah, brand besar apa, sih, yang sudah di handle Mbak Indah?”

gitu, ya?
Padahal kalau dipikir lagi, yang handle brand besar itu bisa nggak bangun brand, dari modal dibawah 500 ribu, jadi bernilai puluhan juta, ratusan juta, bahkan milyaran? Hm? Gue bisa. Bahkan bisa gue lakukan berulang.
Tapi kan, gue nggak bisa jelasin ini ke audiens bahwa lebih susah yang modal minim. Mereka mungkin bisa sadar itu nanti, tapi jarang yang sadar langsung.

Akhirnya, ini agak susah kalo gue buat sebagai competitive edge di personal brand gue. Susah jadi keunggulan bersaing. Malah kompetitor bisa pakai ini sebagai kelemahan gue “Ya.. Mbak Indah itu kan, spesialis UKM. Kalo kita, sudah handle brand besar. Kalo brand besar saja kami bisa, apalagi UKM” Malah jadi argumen kompetitor untuk menguatkan posisinya.
Makanya gue nggak bisa langsung begitu. Untungnya, karena gue punya pengalaman pribadi bangun brand sendiri, maka situasi itu bisa gue jadikan competitive advantage, baru gue tongolin edge yakni brand strategic, dalam konteks mengajarkan membangun brand. Gue olah dulu cara pengemasan edge gue.

Jadi nggak semua edge, atau keahlian bisa jadi competitve edge. Biasanya harus diproses dulu, dibuat komunikasinya yang tepat. Baru bisa terlihat bahwa edge lo itu penting dibanding kompetitor lo.
Jadi seperti itu perbedaan Competitive Advantage dan Competitive Edge.

Positioning dan Diferensiasi Untuk positioning, ini adalah pembeda yang bersifat tak berwujud (intangible) dan dikemas dalam kata-kata yang tepat. Ini berhubungan dengan identitas brand dan sifat brand.

Sedangkan diferensiasi adalah pembeda yang sifatnya berwujud. Biasa digali dari sisi produk.

Keseluruhan ini bisa membuat situasi yang menguatkan competitive advantage.

Dan kalau ada keahlian lo di dalam brand yang sangat menonjol dari kompetitor dan bisa membuat lo terlihat unggul, maka itu sebagai competitve edge.

Jadi begitu, teman-teman...

Nah, sekarang kan, udah paham. Pertanyaannya : brand lo sudah punya competitive advantage belum?
Saat lo berkompetisi, audiens bisa merasakan keunggulan, lo?

Kalo belum, nggak apa. Lebih baik jujur jadi kita bisa belajar dan memperbaiki.
Social Media
Dilarang
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi konten yang ada di website ini tanpa izin tertulis dari Indah Jiwandono
dibuat denganberdu
@2024 indahjiwandono Inc.