Kalo mau personal brand, yang harus kita persiapkan adalah diri kita. Cara mempersiapkannya gimana? Pertama kita sadar dulu kalo kita mau jadi brand. Jadi brand itu artinya kita mengatur apa saja informasi yang mau kita tampilkan. Karena tiap informasi memiliki potensi untuk membentuk persepsi.
Pun kita mau menampilkan sisi manusia kita, apa yang kita tampilkan untuk menunjukkan sisi manusia itu harus kita pikirkan.
Kita juga harus mempersiapkan diri ketika personal brandnya terbentuk dan kita menjadi faktor who yang kuat. Artinya, perkataan kita bisa memiliki dampak menginfluens orang. Kita harus paham betul bagaimana kita menggunakan ini.
Persiapkan juga mental untuk menampilkan wajah. Ini bagi sebagian orang nggak gampang. Termasuk gue. Kalau lo mau mulai dari tulisan, nggak masalah... tapi lambat laun, audiens butuh lihat sosok lo. Dan personal brand memang harus menampilkan wajah. Karena wajahnya itu ibarat logonya. Sosok lo sebagai manusia yang menjadi brandnya.
Kalo lo melihat orang yang membuat karya dan dikenal tanpa memperlihatkan wajah, itu adalah sampel anomali personal brand. Artinya, bisa dikenal personal brand tanpa wajah, itu sangat jarang terjadi.
Hal anomali sulit untuk dipelajari.
Kita harus memiliki wadah untuk membangun personal brand. Wadah ini adalah tempat kita berkomunikasi dan berinteraksi. Umumnya sekarang, orang membangun personal brand melalui media sosial.
Media sosial yang kita pilih sebaiknya :
- yang kita nyaman dan sering menggunakan
- audiens dari media sosial itu cukup banyak sehingga dari audiens itu kita bisa bertemu market kita.
- mudah untuk dibagikan lagi.
Itu kenapa gue memilih instagram untuk membangun personal brand karena memenuhi kriteria diatas. Tapi kalo lo rasa ada media sosial lain yang cocok, silahkan gunakan yang lo nyaman.
Karena kalo lo nyaman, berarti budaya atau culture platform itu sesuai sama personality lo.
Setelah memilih media utama tempat lo membangun personal brand, lo boleh mulai merambah media lain. Tapi di awal, lo harus tau kapasitas diri. Artinya, lo nggak perlu ada di seluruh platform itu seperti yang sering orang sarankan. Karena untuk awal, yang perlu lo latih adalah konsistensi.
Lo juga boleh menggunakan akun media sosial yang selama ini lo pakai. Di sana mungkin akan ada teman-teman yang bingung sama perubahan lo. Yang tadinya posting foto video keluarga, kemudian berubah. Tapi karena memang mereka orang yang lo kenal, ini nggak akan jadi masalah. Apalagi kalau nantinya konten lo berubah menjadi konten yang bermanfaat. Kalo ternyata bermanfaat juga buat dia, mereka juga bakal seneng-seneng aja. Bahkan mungkin mereka mereshare konten lo. Ini yang gue lakukan juga pas awal. Gue pakai aja akun yang memang sudah ada. Pas semakin serius, beberapa postingan feed gue arsipkan. Lo nggak harus mengarsipkan kayak gue. Gue melakukan ini karena postingan feed gue terlalu absurd, kocak dan bisa bikin audiens baru gagal fokus.
Berikan nama akun seperti nama orang
Kalo lo mau bangun personal brand, lo harus buat akun media yang lo gunakan seperti nama manusia. Soalnya ini orang yang jadi brand.
Bukan seperti nama platform, aplikasi atau komunitas. Nama yang lo pakai nggak harus nama asli KTP lo. Yang penting kayak nama orang. Gue juga bukan nama asli, kok. Nama asli gue terlalu pasaran. Jadi gue pinjem nama belakang suami gue, Jiwandono.
Untuk awal, ini saja yang harus lo persiapkan. Mari lanjut lagi