Pengaktifan Asosiasi




Masih ingat awal cerita pisang goreng seperti proses pembentukan persepsi?



Gue ulangi ya…


Jadi jika lo ingin membuat seseorang memasak pisang goreng, yang harus lo lakukan adalah mempersiapkan bahan-bahannya dan perlengkapan seperti : pisang, tepung, gula, minyak dan kompor.



Materi mempersiapkan asosiasi (yang lo baca sebelumnya), sama seperti : lo sedang mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat pisang goreng, dan memastikan tidak ada bahan lain selain hanya bahan-bahan yang dibutuhkan.


Nah pertanyaannya, bagaimana membuat seseorang “memasak” bahan-bahan yang sudah lo siapkan… dan memastikan dia memasak pisang goreng?


Ini yang akan kita bahas di materi ini : pengaktifan asosiasi.


Jadi…Bagaimana membuat seseorang ingin masak pisang goreng?
Seseorang yang ketika pagi melihat penjual pisang goreng. Ketika siang menonton tv, ada cara membuat pisang goreng. Dan melihat orang-orang ngomongin enaknya pisang goreng. Akan cenderung memasak pisang goreng, ketika ada bahan-bahan didepannya.
Teknik ini adalah Priming dan Repetisi sehingga menghasilkan efek psikologis yang disebut Mere Exposure Effect (efek pemaparan belaka)




Tentu banyak istilah-istilah lain dari dampak ini. Tapi... kita disini bukan untuk hafalan bukan?



Para agency periklanan sudah tau betapa pentingnya repetisi.


Ketika kuliah periklanan, gue diajarkan bahwa iklan adalah tentang repetisi.


Baru tahun-tahun berikutnya ketika gue lulus, gue menyadari keunikan pola berulang ini di tiap aspek kehidupan, bukan hanya pada iklan brand produk/jasa.


Semua. Mulai dari politik hingga hobi.
Ceritanya begini...

Awal 2019 gue hobi tanaman. Tadinya iseng karena beli satu tanaman. Karena akhirnya sering liat-liat tanaman. Gue jadi tau ada tanaman yang koleksi (tanaman mahal) dan tanaman receh (istilah untuk tanaman murah di komunitas)



Tanaman koleksi ini harganya cukup mahal. Kalo orang biasa liatnya pasti kaget tanaman kecil, cuma perkara ada bercak (yang biasa disebut varigata) harganya bisa berjuta-juta.



Tapi karena gue suka liatin terus. Dan ngeliat orang-orang pada hunting dan koleksi. Melihat ini secara berulang-ulang.



Mulailah gue beli tanaman koleksi. Berbulan-bulan sempat adiksi sama tanaman. Akhirnya gue sadar, ini dampak repetisi berulang-ulang.

Karena kalo di liat-liat, taneman yang mahal itu bentuknya biasa aja—Fix gue kena Mere Exposure Effect.




Ini karena efek pemaparan belaka. Karena gue melihat terus berulang-ulang. Pengulangan yang hetero. Hetero artinya disana sini diulang ulang. Sama si ini dan si anu diulang-ulang. Fuih...
Gue pun berhenti. IG tanaman gue tinggalin. Karena satu-satunya cara keluar dari efek ini adalah berhenti dari repetisi paparannya.


Sekarang gue beli taneman, karena emang gue suka aja. Dan ternyata yang gue suka harganya nggak mahal-mahal.😄-
Kembali ke topik...




Repetisi (penulangan) di seluruh media yang lo sanggup jangkau

Sekarang saatnya menggunakan media yang bisa lo pakai untuk membuat audiens lo terulang-ulang dengan brand lo.

Apa yang harus di ulang-ulang?

Semua yang tadi kita persiapkan. Karena itu semua akan mengaktifkan asosiasi.

Nama brand lo harus sesering mungkin direpetisi. Mulai dari bentuk visual tulisannya. Tempelkan dikemasan, brosur, spanduk acara yang lo sponsorin, desain di postingan, di semua… SE-MU-A.



Di iklan tampilin di pojokan. Persis kayak logo stasiun Tv ketika kita nonton. Kalo lo perhatikan, iklan pun selalu berusaha bikin iklan yang kreatif, agar nama brand bisa diulang-ulang.


Kalo lo punya jinggle, repetisiin juga nama, slogan dan Tagline.

.
Dialog iklan? Selipin juga sebanyaknya asal masih pantes.

Icon logonya juga jangan lupa. Kalo lo tipe logo yang ada ICONnya, jangan lupa sering di tampilin sesering logo tulisannya.


Slogannya? Sedapet mungkin diulang. Tapi diulangnya berkarakter… misal selalu diulang di awal dan akhir konten.




Ulang-ulang..!




Oh iya… di website! Jangan lupa diulang disana! Bio IG? Iya disana juga.


Caption? Hm.. boleh.. tiap akhir caption ulang menyebutkan Slogan.


Ulangnya dalam bentuk visual, tulisan, atau diucapkan.




Kapan diucapkan? kapan lo ada kesempatan berinteraksi dengan audiens dong!



Pokoknya di semua tempat yang lo bisa, tolong diletakkan slogannya disana.

Tagline? Iya dong.. tagline wajib direpetisi. Lo buat Quis? Passwordnya tagline lo.


Orang yang ada di dalam konten? yang tadi udah lo list… nah itu, seringin di ulang-ulang. Apalagi kalo karakter dia cocoknya banget sama positioning brand lo.




Itu banyakin aja repetisinya. Tapi jangan dia-dia aja... Kecuali dia memang Brand Ambassadornya.




Orang lain dengan imej yang satu setipe juga.


Cara lo eksekusi Foto dan video?

hm… kalo ini bukan di ulang, tapi moodnya konsisten. Jadi ada karakter foto atau video milik brand lo.



Nah ide konten iklan yang konsisten juga penting. Kalo direpetisi, idenya bisa jadi karakterbrand. Misal iklan Axe.




Tiap cowo nyemprot Axe, cewe-cewe pada menggila.




Ide nya itu ituuu aja, tapi kreatif dan eksekusinya yang bikin seru!



Aktifitas audiens yang udah lo rancang? Itu juga dirutinini. Mereka jadi nungguin quis lo. Seru!


Intinya semuaaanya sebisa mungkin lo bikin audiens lo sering kena repetisi brand lo.


Soal traffic, itu teknis yang bisa lo pelajari. Bukan porsi kelas ini untuk mengajarkan. Jadi lo bisa belajar cara beriklan, endorse, kolaborasi. dan sebagainya.

Kasta

Kita berbicara periklanan asli. Ini adalah aslinya pelajaran periklanan. Dan orang periklanan fundamentalnya branding.




Sekarang kalo dibilang periklanan banyak yang angkat bicara dengan background macem-macem. Sehingga beberapa orang bisa berani bilang begini :




“Sekarang udah jarang yang nonton TV… jadi nggak ngefek ngiklan disana”




Ya itu karena tujuan iklan lo sebatas selling sih. Background lo pasti bukan advertising yang mempelajari proses branding.


Lo nggak akan mikir gitu kalo paham. Karena sebenarnya ini tentang kasta.



Mau gimana pun juga, TV punya "kasta" lebih tinggi dibanding sosial media.




Kemudian disusul Radio, Billboard, Majalah.


Ini adalah kasta tinggi untuk pemaparan atau repetisi.


Karena memang TV dianggap media broadcast paling dipercaya, profesional dan memiliki filter. Seolah cuma brand besar yang masuk di TV.

Kasta TV dkk ini bahasa kerennya Above the line.


Baru kemudian Below the Line. BTL itu kayak telemarketing, Email marketing, Bazar.


Nah… internet itu masuknya baru. Jadi ada di tengah. Sekarang di kategoriin jadi TTL. Through the line.



TTL ini baru ada, karena pada masanya belum ada iklan yang bener-bener bisa ngukur dan beriklan dengan tepat sesuai audiensnya.




Tapi above the line, punya efek pemaparan beda!

Efek psikologis lebih tepatnya.

Kasta ini bukan berarti brand besar cuma main di Above the line mulu, terus ga pake Through The Line dan Below the line.



Bukan.



Tapi brand besar itu pakai ini secara lengkap.

Mungkin porsinya aja beda. Makin dia besar biasanya variasi Above the linenya kenceng.


Meskipun nih… lo masih belum bisa ngiklan di TV kayak gue. Minimal lo harus tau pentingnya. Nantinya kan kalo ada rejeki, lo bisa aja ngiklan di TV. 😃-


Tapi kalo lo mikirnya itu nggak penting…. karena lo kira orang nggak nonton TV lagi. Itu salah...


Paham ya?



*anggukkan kepala


Berikut ini adalah contoh-contoh iklan, yang melakukan repetisi nama. Sebenernya kalo lo perhatiin, banyak contohnya. Ini gue kasih contoh kreatif ya...

Contoh iklan yang kreatif untuk melakukan repetisi nama

kreatif banget ya... Sebenernya ini sering banget di lakukan di iklan. Pura-pura susah nyebutin supaya nama brandnya diulang-ulang..😅-
Ini iklan terbooming waktu gue TK! Ide pura-pura susah nyebutin Termorex, jadi Termos es.😅-
ini iklan yang ngeselin pada jamannya.. wkwkkw.. iklan ini aneh, tapi aslinya iklan ini pake style iklan Jepang. Iklan jepang tuh emang terkenal aneh-aneh begini.
ini contohnya ...😂-
wkwkwk.. sumpah... udah ngapa..
Social Media
Dilarang
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi konten yang ada di website ini tanpa izin tertulis dari Indah Jiwandono
dibuat denganberdu
@2024 indahjiwandono Inc.