Mempersiapkan Asosiasi



Jadi kita sudah punya positioning dalam bentuk statement.



Langkah berikutnya adalah mempersiapkan asosiasi.



Asosiasi adalah hal-hal yang memiliki keterkaitan satu sama lain.


Contoh :

Hewan
Besar
Belalai Yang lo pikirkan?

Yup.. Gajah.
Nah… seperti itulah cara asosiasi kita bekerja untuk mengarahkan pikiran kita. Tapi tentunya membuat orang menebak sesuatu jauh lebih gampang dari membuat orang memiliki persepsi tentang brand kita.



Tapi kurang lebih prinsipnya sama.


Beruntungnya kita sudah memiliki positioning stement sebagai patokan. Positioning ini menjadi acuan untuk memulai.



Ini waktunya kita berfikir dalam-dalam tentang asosiasi yang kita harus gunakan untuk memunculkan persepsi positioning pada brand kita.



Tiap brand pasti bakal beda-beda.



Karena yang mengikuti kelas ini berbeda-beda pula, maka gue coba rapihkan dengan membuat pengelompokan berdasarkan Aspek umumnya.



Kali ini lo nggak bisa cuma dengerin dan nyatet kelas ini.



Lo harus terlibat mencari asosiasi untuk brand lo sendiri.



Berikut arahannya.
Aspek umum untuk Asosiasi Brand
-
-
-
-
-

Nama


Nama memiliki arti penting dalam asosiasi. Kita sering menemukan nama brand yang jika kita dengar, kita sudah bisa kita duga, produk/jasa apa yang brand itu tawarkan.

Semisal ketika mendengar Pepsodent. Ciptadent. Kita bisa menebak bahwa ini nama pasta gigi. Karena ada -dent nya.


Ketika Mendengar Tokopedia, Traveloka. Kita bisa menebak tokopedia adalah tempat cari barang di toko karena asosiasi belakang -pedia, seperti ensiklopedia/wikipedia.



Dan traveloka kita bisa menebak ini adalah tentang travel atau perjalanan. Ini bukti bahwa nama yang cukup asosiasif mempermudah otak mengelola informasi.


Tidak semua memakai nama asosiatif. Brand Apple nggak asosiatif. Tapi deviant.


Nama deviant adalah nama brand yang nggak nyambung sama produk dan jasa yang ditawarin.


Apple dan Blackberry itu jenis namanya deviant.



Syarat lo bisa pakai jenis nama ini, adalah dengan memiliki budget marketing yang besar. Karena butuh kerja keras yang ekstra, untuk bisa mengubah asosiasi orang terhadap buah apel menjadi brand tentang produk teknologi dan elektronik.


Jadi kalo lo masih imut bisnisnya, budgetnya... gue nggak menyarankan pakai nama deviant.




Pilih lah nama yang memiliki asosiasi atau minimal kecocokan ketika disandingkan dengan positioning yang lo inginkan (sekali lagi, kita selalu mengacu pada positioning)




Asosiasi justru bukan deskripsi.
Hindari nama deskriptif. Atau yang menjelaskan jasa/produk.
Jasa Rapih Kebun, Jasa Konsultasi Kecantikan. Jual-beli rumah. Ini bukan asosiatif. Tapi deskriptif.

Banyak yang memakai ini dengan kepentingan SEO. Tapi secara branding, nama seperti ini akan lemah brandnya. Karena terlalu generic sehingga susah mencari pembeda jika ada kompetitor dengan nama deskriptif juga. Itu kenapa nggak ada brand besar dengan nama generic.


Perhatikan juga pengecapan dari nama. Beberapa nama terdengar feminim, beberapa terdengar maskulin. Beberapa terdengar menyenangkan, beberapa terdengar elegan. Pilih yang sesuai dengan asosiasi brand kita.


Hindari penamaan yang terlalu panjang, agar mudah diingat.


Nama juga harus bisa menjadi pengganti kategori. Itu kenapa Aqua memiliki nama yang kuat dan mudah di ingat. Karena bisa menggantikan kategorinya.



Salah satu cara nama bisa menggantikan kategori, adalah membuat nama asosiasi.



Ketika tau ini, bahkan UKM pun bisa melakukan langkah besar dalam cara mereka menentukan nama.


Mungkin belum terlihat, tapi percayalah... kelak yang terpenting adalah nama brandnya. Karena setelah nama itu memiliki makna. Semua emosi costumer nyangkutnya di nama.




Siapa yang mau membeli jam rolex tanpa ada nama rolex pada jamnya?


Siapa yang mau membeli tas LV tanpa ada nama?logo LV?




Oh, itu ketinggian contohnya?




baik.


Bagaimana kalo semua nama di kemasan produk yang ada di supermarket, hilang.


Lo nggak bisa tau lagi mana Sambel favorite, kecap favorite, mie instan favorite... yang biasa lo beli.



-
-
-
-

Icon Visual

Beberapa brand menggunakan Icon. Icon yang gue maksud disini adalah visual Logo.




Gue mengatakan Icon ketimbang visual logo karena Visual logo mencakup semua.




Sedangkan icon, bisa dipahami sebagai hal yang Iconic di logo itu.




Misalnya putri duyung di Starbuck. Icon yang ada di logo starbuck adalah putri duyung dari mitologi, ekornya dua—Siren.



Tampilan desain putri duyung ini berubah dengan modifikasi seiring waktu. Icon logo Starbuck jadi sangat misterius. Banyak pendapat bermunculan tentang alasan kenapa memereka memilih icon ini.



Ini berarti ada keunikan tersendiri tentang cara kita memilih Icon untuk logo.


Pilihannya adalah :
  • Apakah kita akan memilih Icon dengan Asosiasi langsung. Seperti Icon Bebek untuk brand bebek goreng. Hamburger untuk brand Hamburger.
  • Atau kita memilih Icon dengan Filosofi yang dalam. Ini kemungkinan kita akan memakai Icon yang awalnya terkesan “nggak nyambung”.


Mana lebih baik?

Untuk Icon dengan asosiasi yang langsung. Kita bisa membuat logo yang terpampang sebagai penguat dan penjelas, tentang brand kita.




Ketika kita berjalan melihat rumah makan dengan Icon logo bebek, atau burger, kita sudah bisa tau apa yang mereka tawarkan. Ini kelebihannya.



Untuk Icon dengan Filosofi yang akhirnya keliatan “nggak nyambung”. Mungkin di awal akan kehilangan fungsinya sebagai penguat dan penjelas tentang apa yang kita tawarkan.


Tapi dia punya kekuatan magis, menjadi lebih mudah diceritakan.

Gue abis ngopi di tempat kopi yang ICONnya putri duyung.


Untuk J.Co. Icon burung meraknya sayangnya jarang terlihat. Jadi kekuatan Iconnya masih kurang. Terbukti kita masih agak bingung jika harus melihat Icon ini tanpa nama brandnya.
-

Tagline


Apa perbedaan antara Slogan dengan Tagline?
Tagline adalah “kata yang dimiliki brand kita”
Contoh Tagline :
Apple - Think different

Nike- Just do it!

Lalu apa perbedaannya dengan Tagline?
  1. Slogan bisa berubah. Tagline selamanya menempel dengan brand kita.
  2. Tagline menempel dengan identitas brand. Karenanya tidak akan berubah.

Beberapa menyamakan slogan dengan tagline, karena mungkin berfikir tidak akan merubah taglinenya sampai kapanpun.



Buatlah tagline yang unik, dalam menggambarkan identitas brand yang ingin pengguna miliki jika dia membeli brand lo.

Dan hindari membuat Tagline terlalu general.
Contoh : Baygon - Jaminan Mutu. Jika hanya mendengar kata “Jaminan Mutu” nggak semua mendengar itu sebagai “Baygon”. Karena...hm, kurang unik. *maaf ya.
Berikut ini adalah ciri-ciri slogan yang bisa berdiri sendiri.
  1. Kata sederhana yang mengasosiasikan identitas apa yang ingin pengguna dapatkan ketika menggunakan brand kita.
  2. Memastikan belum ada brand lain yang mengasosiasikan dengan kata ini.
  3. Jujur, jangan berlebihan.


Nah... sekarang cara buatnya!

Cara buat Tagline a la Indah Jiwandono :
  1. Tulis Identitas brand lo.
  2. Buat asosiasi dengan identitas tersebut. Bisa berupa kegiatan.
  3. Perhatikan kata-kata yang sering dikatakan orang, ketika orang melakukan kegiatan yang sudah lo list.
  4. Pilih dan jadikan kata-kata itu sebagai slogan.
-

Slogan

Slogan adalah kata-kata yang fokusnya bukan pada identitas, tapi manfaat yang pengguna dapat.



Slogan bisa berubah dalam beberapa tahun karena mengikuti perkembangan jaman atau karena penambahan produk itu sendiri.



Misal untuk detergent baju. Karena ada yang bentuk bubuk dan bentuk cair. Taglinenya pun bisa berbeda.



Begitu pula untuk elektronik. Tiap produk Apple misalnya, memiliki taglinenya masing-masing.



Untuk tagline, meskipun fokusnya manfaat yang pengguna dapatkan, juga harus menghindari penggunaan kata yang deskriptif. Karena fungsinya adalah memikat di awal.


Cara membuat Slogan

Kita bisa menggunakan metafora atau perumpamaan.
Deskriptif : Pewangi pakaian

menjadi

Metafora : Wanginya seperti parfum Prancis


Deskriptif : Mencuci bersih

menjadi

Metafora : mencuci dengan kekuatan 10 tangan.


Deskriptif : menjadi kuat

menjadi

Metafora : Seperti menjadi Ironman wkwkwk.. odading mang ole..


Kenapa metafora atau perumpamaan sering dipakai di Tagline?
Karena metafora paling cocok untuk mengganti kata klise.


Terbaik, berqualitas, terjangkau, dst. Itu klise.

Jadi ketimbang bilang wangi terbaik, bisa diganti dengan wangi seperti parfum.

Ketimbang bilang terbersih. Terbersih kan klise...
bisa diganti seperti mencuci kekuatan 10 tangan.
-
-

Warna

Ketika memilih warna identitas brand, banyak orang yang merekomendasikan untuk menggunakan warna sesuai dengan psikologi warna.



Misal psikologi warna untuk brand makanan disarankan menggunakan warna merah, kuning atau warna-warna yang ada dalam bumbu-bumbu makanan.


Warna biru nggak disarankan, karena dianggap nggak masuk ke dalam palet warna.

Apa benar demikian?

Ada benarnya memang, tapi kita harus melihat secara lebih luas.



Jika kondisinya sudah ada brand leader, maka sebaiknya kita menggunakan warna kontras dari brand leader. Meskipun warna itu secara psikologis warna nggak cocok untuk makanan.


Karena yang dicari dari Identitas warna adalah pembeda.


Itu kenapa ketika Pepesi merubah warna identitasnya menjadi dominan biru, baru deh kerasa lagi perang sama Coca Cola..


Warna-warna kontras akan membawa brand kita lebih terlihat menonjol dan seperti berproklamir “saya kontras, maka saya sedang ingin bersaing”



Mengikuti warna kompetitor, atau menggunakan warna mirip kompetitor, malah membuat brand kita seperti “hanya ingin ikut yang lagi rame”.

Tapi lain cerita kalo belum ada brand leader ya…!



Justru lo punya kesempatan memilih warna yang paling terbaik dengan asosiasi brand lo.

Cara memilih warna kontras kompetitor adalah dengan colour generator. Buat warna yang bersebrangan dengan warna kompetitor.

Tema warna
Dari warna ini, kemudian kita bisa memilih thema warna. Atau warna kombinasi yang brand kita miliki.

Nah untuk warna ini, lo bisa mencari di colour theme generator https://coolors.co/
-
Tema warna
Dari warna ini, kemudian kita bisa memilih thema warna. Atau warna kombinasi yang brand kita miliki.

Nah untuk warna ini, lo bisa mencari di colour theme generator https://coolors.co/

Tone of voice

Tone of voice adalah bagaimana gaya bahasa kita yang bisa menguatkan positioningnya.


Tone of voice akan menjadi acuan di tulisan lisan ketika kita berkomunikasi dengan audiens.

Cara menentukannya, lo cukup memastikan aja...

seandainya brand lo itu manusia, dan mau berbicara pada audiensnya, gaya seperti apa yang bisa menguatkan positioning brand lo?

Misal lo merancang nya dengan karakter
  • Bahasa lo gue.
  • Seperti temen nongkrong.
  • Santai
  • Nyelekit
  • Sedikit galak.


Maka tulisan yang akan tampil…. ya seperti tulisan gue ini.

Tulisan gue di Indah Jiwandono memiliki tone of voice seperti yang gue sebutkan dalam point.


Gue memilih Tone of Voice seperti ini, karena:

  1. Ngomong gue aslinya emang begini, jadi gue nggak mesti berubah karakter pas sharing.
  2. Ini gaya bahasa yang cocok kalo gue mau positioning sebagai Temen Sharing.
Jadi sesuaikan Tone of voice dengan positioning. Bukan dengan Audiens!


Untuk Branding, mau audiensnya kayak gimana pun, tone of voicenya harus sama.



Misal lo udah strategiin Tone of Voicenya formal, ya tetep lo harus ngomong formal, meskipun audiensnya anak kecil.


Lo liat aja Pramugari, mau sama bapak-bapak kek, ibu-ibu kek, anak kecil kek... cara ngomongnya formal.



Pun harus ngelawak... ngelawaknya pun bahasa formal.


Menyebutkan audience dengan sebutan tertentu yang hanya dipakai brand lo, juga dalam proses merancang tone of voice.

Personifikasi brand


Personifikasi adalah membuat brand lo seperti manusia.

Ini sebenernya dikuatin dari cara kita menulis.

Brand lo bisa menyebutkan dirinya sebagai “aku” bukan “kami” atau “brand kami”

Atau lo bisa bikin panggilan pada diri brand lo seperti yang dilakukan Jouska > Minjou,

Personifikasi merupakan bagian dari tone of voice.

Ini adalah contoh brand yang melakukan personifikasi brand dan sukses.
-
Frank body namanya. Brand ini membuat personifikasi brand dengan menyebutknya dirinya sebagai Frank. Dan menyebut audiensnya sebagai Babe.




Tone of Voicenya sangat Flirty. Dan ini sukses menjadi Hype sampai menjadi brand besar.




Keuntungan personifikasi brand adalah meningkatkan ikatan emotional antara audiens dan brand.

Konten

Ketika lo mempersiapkan koten, lo harus memperhatikan hal-hal berikut
  1. Ide konten.
  2. Orang yang ada dalam konten.
  3. Cara Eksekusi Video dan Foto.
  4. Aktifitas Audiens.




Ini adalah saat kita mengatur strategi 4 unsur di atas.



Nah, aturannya sederhana.
Begini aturan untuk membuat strateginya :



Keempat unsur diatas harus kita atur untuk mengeluarkan asosiasi yang sesuai dengan positioning brand kita.

Ide konten

Ini adalah saat yang penting karena semua dimulai dari ide yang benar. Ide kita liar. Jadi kita harus mampu mengelola dan mengetahui apa asosiasi yang akan keluar jika kita mengeluarkan ide ini.



Contoh...



Anggaplah lo mau membuat skincare untuk pria.


Telaah dulu psikologis pria.



Lo nggak bisa serta merta membuat ide yaitu membuat pria merasa tampan. Seperti ini :


Ide konten kita adalah menampilkan pria tampan yang mengajak pria lain menggunakan skincare ini, agar bisa juga terlihat tampan.



Lihat baik-baik ketika ide itu dituangkan dalam kalimat.



Apakah lo sadar kalo ide itu terdengar agak…. gay?


Tanpa maksud menyudutkan. Tapi tanya lagi positioning lo, apakah skincare ini untuk pria yang cenderung gay?



Kalo nggak, lo nggak bisa pakai ide konten ini. Ini gue jadiin contoh karena gue beberapa waktu ini suka memperhatikan brand lokal skincare untuk pria dengan ide konten seperti ini.



Tanyakan terus,


apakah dengan ide konten seperti ini bisa mencapai positioning gue?


Jawab dan resapi baik-baik.

Secara psikologi, cowo yang bertanya bagaimana cara terlihat “ganteng” pada cowo lain, akan membuat dia merasa “berkurang maskulinitasnya”.



Cowo itu kompetitif banget dengan cowo lain.

TAPI…

Dia akan dengan senang hati mendengarkan apa yang dikatakan wanita ahli dan pintar dalam pemahaman perawatan, terlebih jika cantik.


Itu kenapa otomotif menggunakan SPG wanita.


Ini hanya contoh bagaimana kita harus menetapkan ide konten yang benar. Sesuai positioning brand kita.


Soal contoh diatas, sebenarnya kita bisa mencari lagi hal apa yang bisa diasosiasikan dengan maskulinitas untuk mendapat positioning yang tepat.
Sekarang, mulailah tulis apa saja aneka asosiasi ide konten, untuk mencapai positioning brand lo.

Orang yang ada dalam konten


Simpelnya, tiap orang membawa imej tersendiri. Terlebih artis atau influencer. Yang sering disebut “imej” tidak lain adalah asosiasi.

Kita bisa menemukan orang dengan imej hobi makan, traveling, olahraga, cinta keluarga, paham bisnis, penuh drama kontroversi, dan sebagainya. Bahkan orang awam yang biasa-biasa aja, itu merupakan imej juga dan kadang kita butuhkan. Karenanya kita harus memperhatikan orang yang ada dalam konten kita.
Ini harus sangat diperhatikan karena imej dari orang itu akan terasosiasi dengan brand kita.
-
-
-
Lucinta, Nikita, Syahrini, sama-sama public figure tami masing-masing punya imej yang berbeda.



Lo harus melihat imej mana yang cocok dan mengasosiasikan value brand lo.
Itu kenapa Lux memutus kerjasama dengan Luna Maya yang pada saat itu diasosiasikan cantik dan elegan. Setelah imejnya berubah karena kasus video dengan Ariel.



Billboard besar gambar Luna dan Ariel yang baru terpasang beberapa hari di Sudirman dan sekitarnya dicabut langsung.


Yang sering terjadi sekarang adalah brand yang mengendorse artis dengan follower banyak tanpa memikirkan imej artis itu.


Jika traffic atau sekedar pamor adalah goals—bukan lagi mengendorse karena ingin menguatkan positioning— maka kegiatan itu bukan termasuk strategi branding.

Jadi ini adalah tugas lo mencari orang-orang yang memiliki imej terasosiasi dengan positioning brand lo. Baik itu artis, influencer ataupun orang biasa dengan background pekerjaan, pendidikan, bahkan hobi.



Kumpulkan sebanyak-banyaknya data base orang-orang ini.

Cara Eksekusi Video atau Foto


Video atau foto memiliki mood. Mood itu misal “beauty” “Classy” “adventure” “Coorporate” “simpel” “Clean” “elegan” Kita harus mencari mood yang pas, dengan patokan positioning.


Jika kita ingin terlihat maskulin, tentu cara pengambilan gambar nggak boleh dengan gaya beauty.



Tapi gimana kita tau pengambilan seperti apa yang kita harapkan?
-
-
-
-

Moodboard

Kumpulan inspirasi Mood dan style visual, yang kita kumpulkan untuk video dan foto brand, disebut Moodboard.


Ini membuat lo—atau tim yang mengeksekusi Videa/Foto—memiliki gambaran jelas dan detail. Mood apa yang mau ditampilkan.


Kalo gue, gue biasa bikin moodboard di Pinterest atau Instagram fiture save.

Yang gue save adalah inspirasi tentang
  • angle foto, dan Video. Bahkan Ide transisi Video
  • Hingga tone warna.

Ini bisa menjadi pegangan atau masuk dalam arahan ketika lo mulai melakukan eksekusi konten.



Yuk mulai buat moodboard brand lo!

Aktifitas audiens


Luwak white coffee?

Kopi nikmat nggak bikin kembung…



Password quis luwak white coffee yang sebenarnya adalah tagline dari Luwak white coffee menjadi viral.


Brand ini mensponsori acara-acara yang sesuai dengan audiencenya dan membuat quis berhadiah.


Dengan menghapal password yang sebenarnya adalah tagline brand, dia memicu audiens untuk mengingat brandnya.


Meskipun ini adalah aktifitas yang sering kita temukan untuk brand yang melakukan branding dengan media seperti televisi.


Pola pikir ini harus juga kita adopsi karena sekarang kita juga punya media sendiri untuk bisa berinteraksi dengan audiens—ya.. sosial media. Kita bisa membuat aktifitas yang memicu orang untuk mengingat hal yang penting di brand kita, seperti tagline.



Kebanyakan brand menggunakan strategi give away dengan mengajak orang lain follow akun kita.


Jika boleh gue ukur dengan branding, maka kegiatan ini give away ini cuma jadi ajang coba-coba yang terlalu mudah.


Sekarang kita memiliki kemampuan untuk broadcast sendiri!


Ya! kita bisa livestreaming…

Gimana kalo kita buat livestreaming quis brand kita di sosmed, dengan pola seperti quis di TV.


Jadi kita bisa umumkan bahwa jam sekian akan ada Quis berhadiah di Live kita.


Yang ingin mengikuti kuis bisa menyimpan nomor WA untuk nanti dihubungi.


Pertanyaan quis akan seputar brand kita yang sebelumnya kita jelaskan dalam live.


Ketika quis dimulai, peserta sudah bisa memulai telpon melalui WA. Berarti menggunakan dua handphone. 1 untuk Live 1 lagi untuk penelepon.

Lakukan percakapan dengan Loudspeaker sambil Live berlangsung.


Jangan lupa berikan password untuk masuk quis.

Ah seru banget... gue mau coba ah...

Ngide sendiri, kegirangan sendiri.. itu lah gue.



Live streaming seperti IG live, Youtube live, sekarang hanya digunakan untuk tanya jawab. Agar orang aware.


Belum banyak yang memindahkan pola yang dilakukan televisi ke dalam platform ini.


Sayang sekali. Padahal dari TV kita bisa belajar untuk membuat audience
  1. Mengingat brand kita. Dalam tagline.
  2. Terdorong mempelajari produk kita, karena ini yang akan menjadi pertanyaan berhadiah.



Ini adalah contoh aktifitas audiens yang memiliki porsi cukup baik untuk menguatkan positioning brand.



Dan ini bisa kita kulik dalam berbagai cara.



Quis membuat orang berkompetisi. Kompetisi memicu adrenalin!



Menyenangkan!


Ini saatnya lo menuliskan ide aktifitas audiens apa saja yang bisa lo kulik dengan platform yang lo punya.



Ingat, lo sekarang punya “mini” broadcast milik lo sendiri.


Keren!
Social Media
Dilarang
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi konten yang ada di website ini tanpa izin tertulis dari Indah Jiwandono
dibuat denganberdu
@2024 indahjiwandono Inc.